Orang-utan di Ambang Kepunahan

Orang utan adalah salah satu satwa liar endemik Indonesia. Primata ini adalah salah satu jenis kera besar (big apes) yang secara genetik sangat dekat kekerabatannya dengan manusia (berbagi sekitar 97% DNA manusia). Seekor jantan dewasa berukuran dua kali yang betina dan dapat mencapai tinggi 1,4 m dengan berat sekitar 70-90 kg, bahkan ada yang mencapai 120 kg. Warna rambut mereka yang coklat kemerahan juga merupakan hal yang unik dalam dunia kera. Pada orang utan jantan yang telah lanjut, terdapat bantalan pipi yang melebar yang memudahkan kita untuk membedakannya dengan orang utan betina. Jantan dewasa memiliki kantung udara yang menggantung ke bawah dari bagian depan lehernya sehingga mereka dapat membuat "panggilan jarak jauh", suatu suara yang digunakan untuk menarik perhatian betina-betina dan untuk menandai wilayahnya.
Orangutan jantan dewasa Foto : Yayorin (Yayasan Orangutan Indonesia)

Subspesies Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus) memiliki wajah bulat dan rambut merah gelap, sedangkan subspesies Sumatra (Pongo pygmaeus abelii) mempunyai wajah yang lebih sempit dan warna rambut yang lebih terang. Kedua kelompok orangutan ini secara geografis telah terpisah sejak lama, itulah sebabnya mereka sekarang secara fisik berbeda. Saat ini orangutan hanya dijumpai di Pulau Sumatera dan Kalimantan, meliputi daerah Indonesia dan Malaysia, tapi menurut para ahli primata sebelumnya mereka mungkin pernah menghuni seluruh kawasan Asia Tenggara hingga Cina Selatan.
Setelah periode kehamilan sekitar delapan hingga sembilan bulan, orangutan betina melahirkan seekor bayi yang ia rawat hingga sekitar umur enam tahun sebelum akhirnya ia kawin lagi. Seekor betina biasanya hanya melahirkan 4-5 bayi selama kehidupannya. Sekitar umur 8 tahun, orangutan mencapai masa pubertas, namun seekor betina baru akan siap untuk mempunyai bayi ketika ia berumur sekitar 10 tahun.
 
Orang utan betina dewasa yang menggendong bayinya
Foto : NN

Orangutan adalah satwa semi soliter. Pada usia muda mereka biasa membentuk kelompok-kelompok sangat kecil, namun menjadi soliter saat dewasa, terutama jantannya. Betina dewasa sering terlihat bersama anaknya. Seekor induk dan anak-anaknya akan berbagi sebuah sarang yang mereka buat sendiri setiap sore. Seekor jantan dan seekor betina dapat hidup bersama untuk beberapa hari sebelum perkawinan dilakukan, kemudian jantan lebih suka kembali ke kehidupan soliternya.
Orangutan adalah hewan diurnal (hidup siang hari) dan arboreal (aktif di atas pohon). Habitatnya meliputi hutan hujan tropis di pulau Kalimantan dan Sumatera bagian utara. Seperti primata lainnya, hutan rawa adalah habitat alami mereka juga. Pada daerah jelajahnya terdapat suatu daerah inti (core area), yang paling sering digunakan untuk melakukan aktivitas harian. Pada daerah inti, yang paling utama adalah tersedianya pohon tidur (sleeping tree) yang aman dari predator, biasanya pada pohon di dekat sungai, dan dekat dengan sumber pakan.
Orangutan adalah primata dengan pergerakan brankhiasi, yaitu berayun dari satu pohon ke pohon lain dengan tangannya. Lengan-lengan mereka yang panjang dan kuat dapat meraih jangkauan sekitar 2 m, sedangkan kaki-kakinya pendek sehingga kurang menguntungkan bagi mereka ketika berada di tanah. Seperti halnya manusia, mereka memiliki tangan dengan empat jari-jari yang panjang serta ibu jari yang dapat direntangkan sehingga dapat digunakan untuk menggenggam benda-benda.
Orangutan adalah primata pemakan buah-buahan, dan mereka juga memakan lebih dari 400 jenis makanan berbeda, termasuk kulit pohon, bunga-bunga, juga rayap dan serangga-serangga lain. Hujan yang kerap turun mengisi daun-daun dan menyediakan air bagi mereka. Seekor urangutan liar dapat berumur 35-40 tahun, bahkan bisa mencapai 50 tahun bila hidup di penangkaran. Bayi orangutan harus mempelajari semua hal dari ibunya,-dimana untuk makan, apa yang dimakan dan kapan untuk makan. Bayi orangutan juga harus mengetahui buah-buahan mana yang dapat dimakan dan bagaimana memakannya, karena beberapa buah-buahan dilindungi oleh duri-duri dan tempurung yang tajam. Orangutan mengetahui penggunaan benda-benda sebagai peralatan, seperti menggunakan daun-daun sebagai payung saat hujan deras, atau sebagai cangkir minum. Mereka bahkan dapat membuat sebuah spon dari daun-daun untuk menyerap air.
Orangutan, kecuali yang jantan, tidak mempunyai musuh alami. Saat ini keberadaan mereka di alam kian langka. Diperkirakan tersisa sekitar 15.000 ekor orangutan sekarang. Perdagangan dan berbagai penyebab kerusakan habitat merupakan faktor yang membuat primata ini kemungkinan dapat punah. Masalah lain adalah bayi-bayi orangutan yang ditangkapi dan dijual ke seluruh dunia sebagai hewan-hewan piaraan.
Seekor bayi orangutan diselamatkan oleh relawan. Bayi itu ditempatkan di sebuah kantung penuh sampah dan diduga hendak dijual ke pedagang satwa.
Saat ini banyak usaha dilakukan untuk menahan laju kepunahan orangutan. Terdapat beberapa pusat rehabilitasi orangutan di Sumatera dan Kalimantan yang meliarkan kembali orangutan hasil sitaan ke hutan. Di sini mereka belajar bagaimana cara memanjat pohon, menemukan makanan dan membuat sarang. Ketika saatnya sudah tepat, mereka akan dilepaskan ke hutan yang dekat dengan pusat rehabilitasi dimana mereka akan diberi makan dua kali sehari sampai mereka mampu mencari makanannya sendiri. Beberapa dari pusat-pusat rehabilitasi ini dibuka untuk umum dan memberi kesempatan bagi para pengunjung untuk melihat orangutan selama saat-saat pemberian makanan.
"Ira Tenripada" ,dari berbagai sumber.

Post a Comment

أحدث أقدم