Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Dahulu sagu menjadi salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia timur, yaitu di daerah Maluku dan dataran rendah Papua.
Tanaman sagu memiliki kandungan pati yang sangat tinggi. Tanaman sagu meng-hasilkan pati lebih daripada beras. Satu individu tanaman sagu mampu menghasilkan 200-400 kg pati, bahkan ada yang mencapai 800 kg (Bintoro, 2010). Melihat potensi sagu dengan kandungan pati yang cukup banyak memungkinkan tanaman sagu menjadi salah satu komoditas untuk diversifikasi pangan nasional.
Sejauh ini tanaman sagu telah diolah menjadi beraneka ragam jenis olahan seperti: papeda, empek-empek, cendol, soun, dan bakso. Selain untuk bahan pangan, sagu juga dapat olah menjadi salah satu bahan baku industri. Beberapa hasil olahan pati sagu non pangan diantaranya adalah sebagai bahan baku pembuatan plastik yang dapat terurai (biodegradable), dan juga dapat diolah menjadi bioetanol yang dapat dijadikan bahan baku bahan bakar alternatif.
Selain pati sagu yang dapatdimanfaat-kan, bagian-bagian lain dari tanaman sagu juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia, daunnya dapat dijadikan atap rumah tradisional, tulang daunnya dapat dibuat dinding, lidinya dapat dibuat sapu, dan kulit batangnya dapat dijadikan lantai
Sagu dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah rawa yang berair tawar, rawa yang bergambut, sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air dan hutan-hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi (Haryanto dan Pangloli, 1992). Tanaman sagu merupakan tanaman yang menyukai air, dari daerah penyebarannya tanaman sagu lebih sering ditemukan didaerah dekat sumber air,
Tanaman sagu perlu ditingkatkan produktivitasnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Peningkatan produktivitas terjadi jika terdapat peningkatan hasil dibandingkan sebelumnya. Tingginya produktivitas tanaman merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik. Pertumbuhan dan per-kembangan tanaman sagu secara umum dipengaruhi oleh nutrisi yang diserapnya. Nutrisi tersebut diperoleh dari hasil proses fotosintesis maupun dari pemupukan
Proses fotosintesis tidaklah lepas dari fungsi utama daun yang memiliki stomata dan klorofil. Luas dari tajuk daun sagu menjadi faktor penting yang mempengaruhi penyerapan CO2 dan cahaya matahari. Secara umum fotosintesis merupakan proses biologis yang mengubah energi matahari menjadi produk biomassa, sehingga jumlah daun menjadi faktor penting yang mempengaruhi per-tumbuhan dari tanaman sagu.
Pengaruh Jumlah Daun Bibit Tanaman Sagu (Metroxylon sp) pada Awal Pembibitan
Your Friend
0
تعليقات
إرسال تعليق